latar belakang terbentuknya perjanjian Baru
MAKALAH
LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PERJANJIAN BARU
DOSEN PENGAMPU : Dr. IVONNE SUMUAL
NAMA : STEFANUS MANGNGI PIGA
NIM : 16212033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN INDONESIA
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL
INDONESIA
JAKARTA, 2016
SEJARAH TERBENTUKNYA PERJANJIAN
BARU
BAB
1
LATAR
BELAKANG PERMASALAHAN GEREJA PADA ABAD PERTAMA
Gereja
purba memahami bahwa ketaatan pada hukum taurat
tidak boleh lagi dianggab sebagai syarat mutlak untuk keselmatan. Berkat
kesadaran itu gereja kristen dapat
meluas ditengah dunia orang-orang bukan yahudi
Jemaat keristen pertama terdiri dari orang-orang
Yahudi . Orang-orang Yahudi Kristen itu tetap mengunjungi Bait Allah dan
sinagoge dan menaati hukum taurat dengan setia. ( Kis. 2 : 46 ; 3 : 1). Sama
seperti orang-orang Yahudi lainya mereka memantangkan pergaulan dengan orang-orang kafir, karena mereka ini
tidak menaati taurat dan dengan
demikian,adalah najis (kis 10) .Akan tetapi, penghambatan yang datang sesudah
kematian stefanus membuat mereka lari dari yerusalem mereka melarikan diri ke
daerah-daerah orang samaria dan orang kafir , dan dimana-mana pemberitaan injil
di terima oleh penduduk daerah itu, ( kis 8 ; 11: 19-30). Petrus tidak mau
memasuki rumah seorang kafir,tetapi roh kudus memaksa dia dengan memakai suatu
penglihatan ( kis 10)
Akan
tetapi justru kemajuan injil kedalam
dunia orang-orang kafir itu menimbulkan persoalan yang berat. Bagaimana dengan
orang-orang Kristen bukan yahudi itu? Orang-orang Kristen yahudi menaati hukum
taurat, juga karena mereka tidak mau memutuskan hubungan dengan orang-orang
yahudi lainya. Haruskah hukum taurat itu diwajibkan kepada orang-orang krissten
bukan yahudi [1](kis
11) tetapi ketika ia datang ke antiokhia
ia tidak mau makan bersama orang-orang kristen yunani yang najis karena tidak
menaati aturan itu
Pauluslah yang betul_betul memahami bahwa tidak perlu lagi
orang_orang kristen itu mengikuti perintah-perintah taurat Musa. Sebab orang
percaya telah bersatu dengan kristus ( GAL. 5:6 ) yaitu dengan kematian dan
kebangkitan-Nya (Rm 6., Kol. 2 : 6; 3;4) berkat persatuan dengan Kristus ini
roh kudus diam di dalam orang percaya dan membimbingnya (1 Kor 3) untuk menarik
orang-orang yahudi, orang-orang Kristen-yahudi boleh melaksanakan taurat tetapi
mereka tidak boleh mewajibkan kepada orang-orang kafir yang telah masuk
kristen. ( bnd . kis 16 : 1-3 dan Gal
2:3-5) di antiokhia paulus mencela
petrus karena kebimbanganya[2].
(
Galatia 2:11-14 ) lalu perkara itu diputuskan
pada sidaang pemimpin-pemimpin gereja di Yerusalem, kira –kira 18 tahun
sesudah hari pentakosta kurang lebih tahun 48 M (Kis 15) disana Paulus berhasil
meyakinkan para rasul lainya untuk tidak
memaksa orang-orang Kristen bukan
Yahudi menaati taurat Musa .Berkat usaha usaha Paulus itu terhindarlah bahaya
yang mengancam gereja,yaitu bahwa gereja akan menjadi suatu mazhab Yahudi
semata-mata, Gereja Kristen dapat menjadi gereja semua bangsa. Perluasan gereja
bertolak dari daerah palestina-siria ,
dari sana injil dibawa kedaerah-daerah di ebelah barat, timur dan selatan.
Pada
masa pertama, salah satu pusat P.I. yang
utama ialah kota Antiokhia. Disini untuk pertama kali tumbuh suatu jemaat yang
terdiri atas orang-orang kafir,(Kis 11: 20 br) jemaat ini dipakai Tuhan sebagai
alat untuk membawa injil ke daerah-daerah
yang lebih jauh . Utusan jemaat antiokhia yang paling terkenal adalah
Paulus , ia mengabarkan injil di wilayah Asia Kecil ( turki yang sekarang) dan
Di Yunani ( kurang lebih 47-57. ) tetapi lepas dari usaha ini sudah berdiri
jemaat di Roma ( bnd Roma 16: 20-24)dan jemaat-jemaat ini pada giliranya
menyebarkan injil ketempat tempat lain di wilayahnya. Dalam abad-abad pertama, [3]
Perjanjian baru ditulis oleh para
rasul dengan pimpinan Allah dan gerakan dari roh kudus , kemudian dua puluh
tujuh kitab itu diakui oleh gereja. Dan pada abad kedua di sebut sebagai
alkitab perjanjian baru atau di singkat menjadi PB
Surat
Paulus juga merupakan representative dari permulaan perjanjian baru.Setelah
Paulus mengakhiiri perjalanan pengabaran injilnya ke asia kecil dan pulang ke
antiokia dengan mendengar berita tentang iman orang krsten yang baru percaya di Galatia .
Selain
sekelumit data yang bisa kita dapatkan dari alkitab sendiri, untuk menyelidiki
akan sejarah terbentuknya perjanjian baru, kita perlu menelusurinya dari sejrah
yang beraneka ragam . bahan penyelidikdn yang penting adalah karya tulis bapak
gereja mula-mula, keputusan dan perintah darikonsili gereja, juga bisa
mendapatkan bukti tambahan darikarya tulis sebagai bidat.
Setelah
jaman para rasul, sebagian nbesar tulisan perjanjian baru sudah dipergunakan
secara meluas . celement yang di Roma adalah orangpenting dari gereja masa itu
, pada tahun 95 TM, dengan ststus uskup, dia menulis surat ke gereja dikorintus,
Diakhir
abad ke-2 di antara bapak-bapak gereja, irenaeus adalah pemimpin yang menonjol,
dia adalah uskup dari kota lion, seumur hidupnya berjuang dalam memerangi
ajaran-ajaran palsu, mendebat ajaran bidat. Saat itu perjanjian baru secara
garis besar telah terbentuk, selain beberapa kitab yang masih dipertimbangkan,
pada umumnya telah diakui secara langsung oleh semua gereja. Irenaeus amat
menekankan alkitab adalah tulisan yang diwahyukan oleh roh kudus.
Setelah
menginjak abad ketiga sebagian besar karangan perjanjian baru telah dipakai
oleh gereja-gereja, mayorita orang di dalam hatinya telah mengakui sebagian
kitab-kitab itu sebagai kanonalkitab selain tuju alkitab: yakobus, 2 petrus, 2
dan 3 yohanes, ibrani, yudas, wahyu,
selebihnya tidak ada masalah.
Setelah
abad ketiga, memantapkan keputusan perjanjian baru sebagai kanon allkitab masih
tetap berjalan, hanya kitab-kitab yang dikategorikan sebagai kanon perjanjian
baru sudah semakikn mantap. Ada satu dimana gereja memenag belum dapat
memutuskan kitab-kitab mana saja yang bisa diterima sebagai kanon perjanjian
baru. Sebab utamanya antara lain: saat itu, transportasi di dalam kerajaan
romawi yang begitu luas belum begitu lancer,ditambah lagi
penganiayaan-penganiayaan yang dialami oleh gereja, membuat gereja tidak
mempunyai kesempatan untuk mengadakan satu kali pertemuan bersama, untuk
menetapkan kitab-kitab mana saja yang ditetapkan yang terbukti memiliki
otoritas rasul dapat dikategorikan sebagai kanon perjanjian baru yang sejajar
dengan perjanjian lama.
Sampaih
permulaan abad keempat pemerintah romawi masih melancarkan penganiayaan
sebegitu rupa terhadap orang Kristen
sampai-sampai memusnahkan alkitab. Pada masayang mengerikan itu, untuk
menyelidiki dan memastikan kitab-kitab mana saja yang dapat dikategorikan
sebagai kanon memang menuntut pengorbanan yang amat sangat mahal.
Setelah
eusebius malakukan perjalanan keliling guna meneliti pendapat dari
masing-masing gereja, maka dia membagikan alkitab perjanjian baru menjadi empat
kategori yaitu:
1. Kitab-kitab
yang diakui secara umum oleh semua gereja yang mencakup: empat injil, kisah
para rasul, surat-surat Paulus, 1 yohanes, 1 petrus dan wahyu.
2. Kitab-kitab
yang masih diragukan oleh sebagian orang karnanya, masih perlu dipertimbangkan
adalah: yakobus, yudas, 2 petrus, 2 dan 3 yohanes.
3. Kitab-kitab
apokrifa yang bermasalah, termasuk acts of paul, shepherd of hermas, apocalypse
of peter, epistle of barnabas, teaching of the twelve apostles.
·
Kitab-kitab bidat, yaitu kitab-kitab
yang sama sekali ditolak, seperti: gospel of peter, gospel of Thomas, act of
Andrew, act of jhon dan lain-lain.
BAB II
KANON
Istilah kanon yang
digunakan untuk menyebut daftar kitab-kitab yang memiliki otoritas untuk
dijadikan dasar kehidupan rohani sehari-hari sebenarnya diambil dari perbendaharaan kata pada masa
kekeristenan. Kata kanon itu sendiri dalam bahasa yunani berarti tongkatyang lurus, yang dalam
pemahamanya dimaksud sebagai alat pengukur. Secara metaforik, kata kanon dapat
dimengerti sebagai ukuran atau standart.
Dikemudian
hari, kata kanon digunakan untuk menyebut daftar kitab-kitab yang dianggap
otoritatif oleh orang-orang kristen, sementara itu untuk penerapannya, kata
kanon kepada kitab suci tidak terbatas
hanya pada pengertian daftar kita-kitab saja, melainkan juga suatu pengakuan dan
mempercayai kitb-kitab tersebut sebagai yang berwibawa untuk diberlakukan
sebagai patokan atau standart relegius .
Dalam
konsili Laodicea yang di selenggarakan di Phirygja tahun 636 M, ditandaskan
bahwa hanya kitab-kitab yang kanonik sajalalah yang boleh dibacakan di dalam
gereja. Athanasius yang pertama kali pada tahun 367 mengidentifikasikan ke-27
kitab PB seperti yang kita miliki sekarang ini sebagai kitab kanonik .
sedangakaan sebutan kanon perjanjian baru untuk pertama kali ditemukan di kitab
apokrif macrius magnes 4:10, yang di
tlis kira-kira tahun 400 M.
Terjadinya alkitab
dengan pemahaman seperti itu tidak begitu saja datang dengan sendirinya, melainkan
melalui proses yang panjang, dan proses inilah yang di sebut dengan kanonisasi.
jadi kanonisasi adalah proses terjadinya himpunan kitab-kitab perjanjian lama
dan perjanjian baru, yang diakui sebagai kitab suci yang mengandung nilai-nilai
kebenaran dan berwibawa untuk dijadikan pedoman kehidupan iman.
Pengertian Kanon
Kanon Alkitab, atau kanon
Kitab Suci,[1] adalah suatu
daftar kitab yang dianggap sebagai kitab suci yang berwibawa atau otoPengertian kanon ritatif oleh
komunitas keagamaan tertentu. Kata "kanon" berasal dari bahasa Yunani Kuno κανών, yang berarti "mistar" atau "tongkat pengukur".
Istilah tersebut pertama kali dicetuskan oleh umat Kristen untuk merujuk pada kitab suci, tetapi gagasan
tersebut dikatakan berasal dari umat Yahudi.[2] Kanon Alkitab dapat juga dipahami sebagai
sebuah daftar kitab yang menjadi "standar" atau "aturan"
yang bersifat normatif bagi umat.[3]
Sebagian besar kanon yang tercantum dalam
artikel ini dianggap sudah "ditutup", yaitu tidak ada penambahan atau
pengurangan kitab lagi.[4] Sehingga mencerminkan keyakinan bahwa wahyu umum telah berakhir dan karenanya teks-teks
yang terinspirasi tersebut dapat dikumpulkan menjadi suatu kanon yang lengkap
dan otoritatif, yang mana Bruce M. Metzger mendefinisikannya sebagai "sebuah
kumpulan yang otoritatif dari kitab-kitab". Sebaliknya, suatu "kanon
terbuka", yang mana memungkinkan penambahan kitab melalui proses dari
wahyu yang berkelanjutan, didefinisikan Metzger sebagai "sebuah kumpulan
kitab-kitab otoritatif".[5]
Semua kanon tersebut telah dikembangkan selama
berabad-abad dan melalui proses diskusi yang rumit,[6] lalu kesepakatan
dibuat oleh otoritas-otoritas keagamaan dari keyakinan mereka masing-masing.
Umat menganggap kitab-kitab kanonik diinspirasikan oleh Allah atau mengungkapkan sejarah yang berwibawa
tentang hubungan antara Allah dengan umat-Nya. Kitab-kitab seperti "Injil
Kristen–Yahudi" telah dikeluarkan seluruhnya dari kanon; namun banyak kitab yang diperdebatkan, yang dianggap non-kanonik atau bahkan apokrif oleh beberapa kalangan, dipandang sebagai apokrifa Alkitab atau Deuterokanonika atau sepenuhnya kanonik oleh kalangan lainnya.
Ada perbedaan-perbedaan antara Tanakh Yahudi dan kanon Alkitab Kristen, dan antara berbagai kanon dalam denominasi Kristen yang berbeda. Perbedaan kriteria dan proses
kanonisasi menentukan apa yang dianggap berbagai komunitas tersebut sebagai
kitab suci yang terinspirasi. Dalam beberapa kasus di mana terdapat beragam
tingkatan inspirasi kitab suci, sungguh bijak untuk membahas teks-teks yang
hanya memiliki status ditinggikan di dalam suatu tradisi tertentu. Hal ini
menjadi lebih kompleks ketika mempertimbangkan kanon terbuka dari berbagai
aliran Orang Suci Zaman Akhir — yang dapat dipandang sebagai perluasan dari
Kekristenan dan Yudaisme — dan wahyu kitab suci yang konon diberikan
selama kurun waktu beberapa tahun kepada sejumlah pemimpin gerakan tersebut.
Komentar
Posting Komentar